Liliyana Natsir
Liliyana Natsir atau lebih akrab
disapa Butet atau Yana, merupakan atlet bulu tangkis Indonesia yang
berketurunan Tionghoa-Manado. Ia lahir di Manado, pada tanggal 09 September
1985. Hari kelahirannya bertepatan dengan hari olahraga nasional. Liliyana
Natsir merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya bernama Calista
Natsir yang berprofesi sebagai dokter. Ayahnya yang berketurunan Mando bernama Beno
Natsir dan ibunya yang masih keturunan Tionghoa bernama Olly Maramis (Auw Jin Chen)
Berawal dari
kebiasaan Yana yang suka bermain bulu tangkis di depan rumahnya bersama kakak
atau pembantunya. Melihat keseriusan dan keahlian yang dimiliki putrinya, sang
ayah pun mendaftarkannya ke klub bulu tangkis yang ada di Manado, PB Pisok Manado.
Aktivitas Yana pun penuh dengan latihan. Setiap hari ia selalu berlatih dan
terus berlatih untuk menjadi yang terbaik. Walaupun ia baru saja masuk klub,
ternyata kemampuannya lebih bagus dibanding mereka yang sudah masuk klub
terlebih dahulu, itulah yang membuat Yana percaya diri. Setelah masuk klub
tersebut, Yana lebih terasah lagi bakatnya, sehingga pada sebuah kejuaraan di
Manado, Yana paling banyak menyumbang medali emas untuk klubnya.
Saat libur
kelulusan sekolah dasar, Yana dan ibunya pergi ke Jakarta untuk berlibur
disana. Saat di sana, dia tak hanya berlibur saja, namun juga mendaftarkan diri
ke klub bulu tangkis di Jakarta. Ia masuk ke klub tersebut atas keinginannya
sendiri dan juga dukunga kedua orang tuanya. Setelah ia dinyatakan lolos masuk
ke klub tersebut ia merasa senang bercampur bingung. Ia bingung memilih
melanjutkan pendidikan atau berkarier di bidang olahraga. Akhirnya ia
memutuskan untuk meninggalkan pendidikannya dan memilih berkarier di bidang
bulu tangkis. Memang, itu semua keputusan yang sangat berat dan harus ia
tanggung resikonya.
Setelah
memantapkan diri untuk menekuni bulu tangkis di Jakarta, hal itu membuatnya
jauh dari keluarga dan teman-temannya yang berada di Manado. Yana sempat
menangis ketika sangat rindu dan ingin kembali ke pangkuan orang tuannya.
Namun, tekad yang kuat, motivasi, dan optimis untuk meraih prestasi yang
membuatnya bertahan di Jakarta, hingga akhirnya ia diberi cuti. Dengan riang
dan gembira ia mendengar kabar itu. Yana sudah tidak sabar ingin kembali ke kampung
halaman yang telah ia tinggalkan selama 1 tahun.
Berkat kegigihan
dan kerja keras serta raihan prestasi yang diperoleh Yana, membuatnya terpilih masuk pelatnas bulutangkis di Cipayung,
Jakarta Timur, pada 2002. Tiada hari tanpa latihan, setiap hari Yana selalu
latihan selama 7 jam di hall bulu tangkis Cipayung. Selama ia masuk pelatnas,
banyak kejuaraan yang ia ikuti dan menangkan. Yana tidak hanya juara dalam
ganda campuran saja, tetapi ia pernah juara dalam kategori ganda putri bersama partnernya yang bernama Vita Marisa. Duetnya dengan Vita tidak berlangsung lama
karena Vita memilih untuk keluar dari pelatnas. Setelah itu, ia terjun ke ganda
campuran dengan Nova Widianto. Selama dengan Nova, mereka pernah tercatat dalam
pemain bulu tangkis terbaik dunia. Dalam peringkat itu mereka menduduki posisi
ke-2 dunia. Duet Yana dengan Nova juga tidak begitu lama karena Nova memilih
untuk menggantungkan raketnya dengan alasan usia yang sudah lanjut. Partner Yana selanjutnya adalah Tontowi
Ahmad yang masih bertahan hingga sekarang. Selama berpasangan dengan Tontowi
Ahmad, banyak prestasi yang diraihnya. Salah satunya adalah All England. Mereka
keluar menjadi juarai 1 dan bertahan selama 2 tahun kemudian.
Memang perjalanan kehidupan semua orang tidaklah selalu
lurus dan dengan mudah kita melaluinya. Seperti kisah Liliyana Natsir yang
sangat menginspirasi. Dimana dia yang awalnya manja sekarang telah menjadi
altet bulu tangkis tingkat dunia. Semua itu tidak dengan mudah ia peroleh,
tetapi dengan kerja keras dan kegigihannya menaklukkan tantangan yang ada.
Hasil kerja kerasnya, sudah ia nikmati sekarang. Sekarang ia sudah membanggakan
kedua orang tua dan keluarganya yang selalu memberi semangat kepadanya.